Pada kayu Salib Kristus, dosaku diampuni

Pada kayu Salib itulah, dosaku diampuni  •  Sermon  •  Submitted
0 ratings
· 17 views
Notes
Transcript
Sermon Tone Analysis
A
D
F
J
S
Emotion
A
C
T
Language
O
C
E
A
E
Social
View more →

Pada kayu Salib Kristus, dosaku diampuni

Pendahuluan

Bagaimana saya bisa mengampuni dia lagi? Teriak seorang suami yang mendapati istrinya berselingkuh dan tidak mau bertobat? Dalam tataran konsep, pengampunan nampaknya suatu hal yang sangat indah, dan penilaian itu berubah sampai kita sendiri yang harus melakukannya. Bagaimana kita mengampuni seseorang yang selalu melanggar janji yang sudah ia ucapkan terus-menerus? Mengapa kita harus mengampuni seseorang yang tidak merasakan perlunya pengampunan itu? Dan mengapa kita harus menjadi pihak yang diampuni ketika justru kita yang berbuat salah? Perlukah kita mengampuni seseorang yang memang sudah menghancurkan kita? Semua pertanyaan kita tentang pengampunan itu, hanya bisa dijawab ketika kita memandang kepada peristiwa hari ini, yaitu peristiwa Salib di Golgota.

Tidak cukup waktu kita membahas 7 perkataan Salib, tetapi berkenaan dengan pertanyaan-pertanyaan tadi diatas maka kita mau merenungkan siang ini perkataa: “Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (). Mengapa Yesus harus minta Bapa untuk mengampuni dosa? Padahal ketika Yesus sering menyatakan pengampunan kepada mereka yang membutuhkan anugerahNya, misalnya kepada anak yang lumpuh, “dosammu sudah diampuni” (Markus 2:5). Dan ini menimbulkan kegalauan bagi orang-orang Yahudi saat itu karena bagi mereka yang bisa mengampuni dosa hanyalah Allah. Yesus dengan tegas menyatakan bahwa Ia memiliki kuasa untuk mengampuni dosa karena keilahianNya.

Dan sekarang diatas Kayu Salib, Kristus tidak menggunakan hak keilahianNya. Yesus justru meminta kepada Bapa untuk mengampuni orang-orang yang telah menyalibkanNya, sesuatu yang dahulu selalu Yesus lakukan. Apa yang sedang terjadi disana? Yesus mengkesampingkan keilahianNya. Sesungguh-sungguhnya Yesus adalah Allah, tetapi di Golgota Yesus memilih untuk menahan sejenak hak keilahianNya, supaya benar-benar Yesus dapat menjadi sama dengan kita semua.

Dalam jeritan pertamaNya di Kayu Salib, Yesus memanggil Allah dengan sebutan Bapa, dan nanti Yesus kembali menyebut Allah dengan sebutan Bapa ketika Ia menghembuskan nafasnya terakhir (). Ditengah-tengah kengerian penyaliban Tuhan Yesus, ia berseru: “Allahku, Allahku” ().

Yesus memanggil Allah dengan sebutan Bapa ketika Ia diperlakukan sangat tidak adil. Seorang penafsir mengkisahkan jeritan pertama Yesus ini sbb : ketika orang banyak tiba di tempat yang disebut Bukit Tengkorak (), salib yang besar itu dijatuhkannya ke tanah, sering dengan terjatuhnya tubuh Yesus. Mereka membaringkan Yesus disana, dan disitulah Yesus mulai berdoa. Tata bahasa Yunani yang digunakan disana menunjukkan bagaimana Yesus terus mengulang-ulang doa yang sama, “Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Sekalipun Yesus ditangkap dan menderita untuk sesuatu yang Yesus tidak pernah lakukan, Yesus tahu bahwa Ia pasti akan menerima berkat dari Bapa dan Bapa pasti hadir di saat itu.

Walaupun semua murid-muridNya meninggalkan Yesus (kecuali Yohanes yang kemudian kembali ke tempat kejadian), ketidak-adilan yang Yesus alami dari mereka yang membenciNya ternyata tidak menghancurkan keyakinan diriNya kepada kehadiran Bapa di saat-saat seperti itu. Itulah sebabnya Yesus berseru: “Bapa!” Ketika orang melakukan yang jahat kepadaNya, Yesus berdoa bukan untuk keadilan supaya hadir tetapi supaya anugerah dinyatakan. Dan Yesus berdoa, bukan setelah luka-lukaNya sembuh, tetapi sementara luka-luka itu masih menganga. Kata-kata pengampunan keluar dari mulut bibirNya justru ketika paku-paku yang kasar itu menghunjam tajam ke dalam tubuhNya, ketika rasa sakit itu menyeruak menembus tulang dan sendi; dan sementara salib itu kemudian di tanamkan ke tanah, seluruh syaraf tubuh Yesus yang terbentang diatasnya bergetar namun Yesus terus berdoa: “Bapa ampunilah mereka.”

Yesus sanggup mengampuni karena Yesus sedang mengerjakan pekerjaan BapaNya. Kita ingat di Taman Getsemani, Yesus berdoa: Bapa, jikalau cawan ini tidak boleh lalu kecuali aku meminumnya, jadilah padaKu kehendakMu” (). Cawan itu adalah cawan yang Bapa berikan kepadaNya, cawan untuk menebus “ ....” (Wah 5:9). Cawan itu adalah tanda pembayaran atas pengampunan untuk siapa yang kepadanya Yesus berdoa. Di Golgota kita melihat Anak Manusia yang merendahkan diri, yang memiliki kuasa untuk menghancurkan tetapi justru memilih untuk mengampuni.

Related Media
See more
Related Sermons
See more