Khotbah Matius 25:1-13

Sermon  •  Submitted   •  Presented
0 ratings
· 1,551 views
Files
Notes
Transcript
Mengasihi Tuhan dengan Maksimal Matius 25:1-10 Saudara yang dikasihi Yesus, Tuhan dan Juruselamat kita. Akhir tahun selalu menjadi kesempatan untuk mengevaluasi hidup. Tiap-tiap keluarga atau pribadi seolah memutar ulang jam kehidupan dan menilai sejauhmana pencapaian yang sudah dihasilkan. Adakah keberhasilan yang sudah diraih? Hal-hal apa saja yang bisa dikatakan bahwa dalam hidup terjadi kemajuan atas semua yang direncanakan dan dikerjakan? Adakah hal-hal tertentu yang membawa kegagalan? Yang membuat kecewa dan sedih. Penyesalan yang baru datang belakangan. Tentu saja dinamika hidup demikian dengan semua plus dan minusnya; asam manisnya, bukan beratujuan agar kita menilai masa depan dengan pesimis; dengan negatif; dengan ketakutan yang berlebihan! Sebagai orang beriman, penting bagi kita untuk mempersiapkan diri kita dengan apa yang berharga sehingga kita tidak kehilangan kesempatan berharga dan kebahagiaan saat mana berkat Tuhan datang pada waktunya. Konteks bacaan hari ini terkait dengan tema khotbah Yesus tentang akhir zaman (pasal 24 dan 25). Jika saudara membaca pasal 24 dan 25, maka yang utama dikatakan Yesus bahwa pada akhir zaman kelak Yesus datang sebagai Raja dari segala raja. Yesus datang untuk menghakimi manusia dan menilai apa yang diperbuat manusia selama menjalani hidup ini. Perbuatan apa yang dinilai Tuhan: apakah anak-anak Tuhan tetap setia dan bertahan dalam imannya meskipun penderitaan menghantam mereka? (24:13) apakah murid-murid Yesus tetap percaya kepada kebenaran firman Tuhan sehingga mereka selalu hidup dalam pengharapan kepadaNya? (24:32-33) apakah mereka tetap berjaga meskipun malam tiba agar rumahnya tidak dibongkar pencuri? (24:42-43) apakah kita didapati sebagai hamba yang setia dalam tugas dan bukannya hamba jahat yang hidup dalam hawa nafsu kedagingan? (24:48-49) Menyambut Yesus yang kelak datang, jelas membutuhkan persiapan yang sungguh-sungguh. Saudara dan saya pasti akan diikutsertakan dalam kegembiraan dan kebahagiaan yang dijanjikan Allah. Sama seperti kegembiraan dan kebahagiaan yang dialami sepasang muda-mudi yang melangsungkan perkawinan. Keduanya dan keluarga besar mempersiapkan pesta perkawinan dengan luar biasa. Semua orang menjalankan tugasnya dengan baik. Mereka tidak hanya berkomitmen dan saling menerima, tetapi juga mau berkorban waktu, tenaga dan materi agar pesta perkawinan dapat membahagiakan semua orang. Perumpamaan Yesus ini sederhana. Sepuluh anak gadis dengan tugasnya mengiringi kedatangan pengantin lelaki. Masing-masing diperlengkapi dengan pelita yang menyala. Tentu saja para gadis itu sudah tahu tugas mereka jika pengantin datang pada waktunya. Semua sudah sesuai dengan protokoler. Namun di lapangan terjadi hal yang tidak diduga sama sekali. Kedatangan mempelai tidak sesuai jadual. Ada keterlambatan. Pesta belum bisa dimulai. Waktu pun terus berputar. Tidak ada yang dapat menghalangi detik yang bergulir. Sampai malam tiba dan disaat itu mempelai datang. Pengumuman disampaikan. Semua siap dengan tugasnya. Para gadis pengiring bangun dari tidurnya. Mereka semua harus menjalankan tugasnya. Yang terjadi sebagian meminta minyak dari temannya sebab dikatakan: pelita kami hampir padam (25:8). Sebuah permintaan yang tentu wajar namun waktunya tidak tepat. Gadis-gadis yang bijak itu menjawab dengan tegas bahwa apa yang mereka miliki cukup sampai selesai tugas menyambut pengantin. Jangan sampai semua dipermalukan sebab kelalaian sebagian Diorang. Pergilah membeli minyak kepada mereka yang menjualnya. Kelima gadis ini sedemikian bijak: tidak hanya mempersiapkan cadangan minyak yang cukup, tetapi juga mengantisipasi hal-hal yang di luar dugaan termasuk permintaan teman mereka sendiri. Mereka dikatakan bijak sebab mereka menghargai apa yang menjadi tugasnya. Mereka tahu tugasnya dan bertanggungjawab sebaik-baiknya. Mereka berpikir melampaui apa yang dipikirkan teman-temannya yang bertugas apa adanya. Mereka tahu bahwa yang mereka sambut adalah orang penting yang dinantikan semua orang yang beracara. Pengantin mempelai laki-laki itu tokoh utamanya. Jangan sampai ada kesalahan. Jika mereka gagal melayani pengantin tepat pada waktunya, maka tidak ada kebahagiaan yang mereka dapatkan. Mereka tidak diperkenankan ikut dalam pesta perkawinan yang meriah itu. Bahkan keberadaan mereka tidak dikenali sebab mereka tidak bertanggungjawab dengan tugasnya. Perumpamaan ini mengingatkan agar kita hidup sebagai orang-orang kristen yang bijak dan bukan orang kristen yang bodoh. Kedatangan Tuhan bisa terjadi kapan saja. Tidak ada yang tahu waktu persisnya: “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri" (24:36); “Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga" (24:43-44); “Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya" (25:13). Berulang-ulang dikatakan pentingnya berjaga-jaga; tetap waspada dan siaga. Bahkan di taman Getsemani, Tuhan Yesus berkata: Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah" (26:41). Kita dingatkan bahwa waktu ini bukan sepenuhnya milik kita. Kita diberi anugerah kehidupan untuk berkarya bagi Tuhan. Jika sampai hari ini kita masih tetap ada; tetap menikmati kehidupan; dapat merayakan natal dan menyongsong pergantian tahun, semua karena anugerah Tuhan. Seringkali kita menjalani hidup dengan percaya pada Tuhan, namun sama seperti pelita yang hampir padam, kita tidak pernah mengalami sukacita bersama dengan Tuhan. Saat orang lain menikmati berkat Tuhan karena kasih dan ketaatan dan kesetiaannya, kita tidak ada bersama dengan Tuhan Yesus. Kita kehilangan berkat Tuhan, bukan karena yang lain istimewa tetapi karena kalalaian kita yang sering mengampangkan sesuatu; menganggap remeh tanggungjawab; tidak menyadari pentingnya kesungguhan hati dalam mengasihi dan melayani Tuhan; kita tidak mau repot untuk menyambut Tuhan Yesus. Di antara kita ada saudara kita yang bergembira dalam hidupnya sebab mereka benar-benar mengasihi Tuhan; mereka melayani Tuhan dengan sepenuh hati; dengan maksimal; bukan yang minimal; yang seadanya. Mereka mau berkorban bagi Tuhan dan percaya apa yang mereka lakukan bagi Tuhan tidak sebanding dengan kemuliaan yang kelak dianugerahkan. Karena itu, mari kita mulai memperhatikan bahwa hidup yang kita jalani pada waktunya akan berlanjut dalam kekekalan. Apa yang saudara tabur kelak saudara terima. Kadang yang kita tabur hanya untuk diri kita dan bukan untuk kemuliaan Tuhan. Kita perlu dengan rendah hati bertanya apa yang hal terbaik yang sudah saya berikan pada Tuhan? Apakah dalam keberhasilanmu nama Tuhan dipermuliakan? Ataukah dalam tangisanmu, kamu terus mengasihi dan mengandalkan Tuhan sebagai Pembelamu yang agung? Tuhan tahu semua yang kita perbuat dan saat Yesus datang kita siap menyambut kedatanganNya dengan sukacita penuh. Amin.
Related Media
See more
Related Sermons
See more