Sermon Tone Analysis

Overall tone of the sermon

This automated analysis scores the text on the likely presence of emotional, language, and social tones. There are no right or wrong scores; this is just an indication of tones readers or listeners may pick up from the text.
A score of 0.5 or higher indicates the tone is likely present.
Emotion Tone
Anger
0.07UNLIKELY
Disgust
0.1UNLIKELY
Fear
0.11UNLIKELY
Joy
0.25UNLIKELY
Sadness
0.16UNLIKELY
Language Tone
Analytical
0UNLIKELY
Confident
0.4UNLIKELY
Tentative
0UNLIKELY
Social Tone
Openness
0.11UNLIKELY
Conscientiousness
0.13UNLIKELY
Extraversion
0.44UNLIKELY
Agreeableness
0.6LIKELY
Emotional Range
0.2UNLIKELY

Tone of specific sentences

Tones
Emotion
Anger
Disgust
Fear
Joy
Sadness
Language
Analytical
Confident
Tentative
Social Tendencies
Openness
Conscientiousness
Extraversion
Agreeableness
Emotional Range
Anger
< .5
.5 - .6
.6 - .7
.7 - .8
.8 - .9
> .9
Pendahuluan
Ayat-ayat yang kita utarakan tadi merupakan ayat yang sangat indah.
Di dalamnya terdapat pengakuan terhadap kebaikan Tuhan.
Saya ingat bahwa ayat ini menjadi sebuah lagu yang indah kalau dinyanyikan.
(Nyanyikan lagu: Kasih Tuhan tak berkesudahan reffrainnya saja) Namun, bagi saya tersirat suatu tanya ketika saya menyanyikan lagu ini.
Ketika saya sedang di dalam keadaan senang dan tanpa ada masalah, ya oke oke saja.
Tapi, bisakah saya menyanyikanya di dalam keadaan yang sedang buruk sekali?
Empat puluh hari sudah lewat sejak wafatnya amah.
Mungkin juga di dalam empat puluh hari ini ada begitu banyak masalah demi masalah yang menghantam pribadi kita.
Saya membayangkan, bisa saja setiap orang dari kita sebenarnya sedang membawa beban di dalam diri.
Bapak ibu yang saya kasihi, saya pikir di sinilah kita mungkin bertanya: Masihkah relevan firman Tuhan ini yang menyatakan bahwa kasih Tuhan tidak berkesudahan.
Tidak habis-habisnya rahmat-Nya.
Masihkah firman ini relevan?
Justru pada saat ini saya ingin menyatakan bahwa firman ini justru sangatlah relevan dengan kehidupan kita.
Penjelasan Teologis dan Konteks Sejarah
Kitab ratapan ini ditulis oleh Yeremia pada waktu kota Yerusalem ini dihancurkan.
Dan memang, sesuai nama dari kitab ini, isi dari larik-larik puisi yang diutarakan oleh Yeremia pada kitab ini berhubungan dengan berbagai ratapan mengenai Yerusalem.
Misalkan saja pada pasal 1:1-4, Yeremia menggunakan penggambaran yang menyatakan bahwa kota Yerusalem ini menjadi sepi dan sunyi.
Tentunya, apabila kita mencoba memikirkan sepi ini berarti sangat dekat dengan bayang-bayang kematian.
Saya merenungkan mungkin saja keadaan yang sama dialami juga pada waktu kita mengalami kerusuhan bukan?
Jalan-jalan yang tadinya ramai, berubah menjadi jalanan yang sangat sepi.
Keadaan yang tadinya sangat menyenangkan menjadi keadaan yang sangat mengerikan.
Inilah keadaan yang pertama.
Pada pasal 2:3-4 dikatakan mengenai murka Tuhan.
Tidak hanya itu, pada pasal yang sama di ayat 11 dan 12 dikatakan mengenai kelaparan yang sangatlah parah.
Pernahkah kita mengalami kelaparan, tidak dapat makan?
Keadaan yang sangat mengenaskan bukan?
Tidak hanya itu, kengerian lainnya pun tercatat di dalam pasal yang sama pada ayat 20-21.
Dikatakan di sana bahwa ada banyak orang-orang yang gagah perkasa, saking tidak ada makanan akhirnya ada ibu yang makan anaknya.
Tentunya masih lekat dalam ingatan kita bahwa ada ibu yang makan anaknya karena lapar.
Bisa dibilang, keadaan-keadaan inilah yang sedang menjadi pergumulan dari Yeremia.
Bisa dibilang, bahwa keadaan atau konteks dari kehidupan bangsa Israel yang dilihat dari kacamata Yeremia ini sangatlah menyedihkan.
Yeremia sedang berada di dalam situasi yang mengerikan.
Saya tidak dapat memastikan apabila kita pun sedang mengalami problema yang sama.
Namun, dapatkah saudara bayangkan di dalam ayat-ayat yang kita baca tadi, terdapat pengakuan bahwa: Tak berkesudahaan kasih setia Tuhan, tidak habis-habisnya rahmat-Nya.
Saya mencoba menyelami apa yang Yeremia pikirkan ketika dia menyatakan larik-larik puisi ini.
Kira-kira,
Apakah yang membuat Yeremia dapat tetap bersyukur?
Saya pikir ada dua alasan.
(1) Karena Allah yang dikenal-Nya adalah setia.
Alasan yang pertama adalah karena kesetiaan YHWH.
Kata yang digunakan untuk kata kasih setia Tuhan adalah
​The New Revised Standard Version God’s Steadfast Love EnduresThe steadfast love of the LORD
Kata ini biasanya digunakan untuk menggambarkan karya keselamatan Allah lewat Israel.
Kata Hesed ini diterjemahkan dengan baik sekali oleh Alkitab TB-LAI.
Kata ini mengandung makna kesetiaan Tuhan dan juga kasih Tuhan.
Mungkin ketika Yeremia memikirkan kata ini, Yeremia memikirkan mengenai apa yang sudah Tuhan lakukan dalam hikayat bangsa Israel.
Bangsa kecil yang tidak ada apa-apanya dijadikan-Nya digjaya.
Karena itu, saya pikir karena karakter Allah inilah yang membuat Yeremia dapat terus berharap.
Karena Dia setia, apapun kondisinya.
Mari kita mulai memikirkan setiap kejadian-kejadian yang ada di dalam kehidupan kita dan mulai memikirkan kembali apa yang sudah Dia lakukan di dalam kehidupan kita.
Bukankah ketika kita ada sekarang ini, keluarga kita tetap ada, bukankah itu semua karena kasih setia-Nya dalam kehidupan kita?
(2) Karena Allah yang dikenal-Nya adalah Allah yang maha-rahim
Saya pikir, kembali lagi kata yang menarik adalah kata rehem yang digunakan di kitab ini.
Kata ini berhubungan dengan kata rahim.
Mengingat kata rahim ini merupakan suatu kata yang sangat penting.
Kata ini juga berhubungan dengan pemeliharaan Tuhan.
Sedikit Perbedaan dengan Kitab yang lain
Saya pikir, apakah memang dengan menyadari dua hal ini permasalahan kita dapat selesai?
Tidak sih.
Jadi, kalau kita mau baca kitab ini sampai akhir, pada pasal 5:25, tidak ada kepastian.
Bagi saya, dengan menyadari dua hal ini, ada harapan yang akan timbul di dalam diri kita.
Karena itulah, makna dari ayat ini dikatakan bahwa selalu baru setiap hari.
Sharing
Saya ingat seringkali papa dan mama saya bercerita mengenai kesulitan-kesulitan yang kami hadapi.
Kesimpulan
< .5
.5 - .6
.6 - .7
.7 - .8
.8 - .9
> .9