Untitled Sermon (6)

Sermon  •  Submitted
0 ratings
· 20 views
Notes
Transcript

Tema :

Nats : Markus 4:35-41; Mazmur 107:23-32

Amanat Kotbah :

Mengenal Tuhan dan kuasaNya akan menenangkan jiwa dan meneguhkan iman kita

Pendahuluan

Jikalau hidup ini diibaratkan seperti sebuah kapal, maka kita seperti sebuah kapal yang sedang dihempaskan oleh badai, bukan? Badai apa? Badai Covid-19.
Mengapa tidak? Dari data pada tgl 16 April 2020 memaparkan bukti yang sangat mengerikan, yaitu:
210 negara sudah terdampak Virus Covid-19
Ada 2.091.052 kasus ditemukan
Jumlah yang meninggal di seluruh dunia adalah 135.227 pasien
Belum selesai satu fase, sudah mulai diberitakan bahwa bisa saja terjadi Covid-19 gelombang kedua. Apakah semua itu tidak membuat “perahu” kehidupan kita limbung?
Banyak dari kita yang sudah mulai tidak lagi tahu bagaimana menghadapi hari esok? Mulailah muncul kekecewaan demi kekecewaan kepada Tuhan misalnya. Dan yang paling sering terjadi saat-saat ini adalah perasaan takut, mungkin sudah menjurus ke arah depresi. Dan sejujuranya, berapa banyak juga anak-anak Tuhan yang sudah kehilangan iman percayanya?
Itulah juga gambaran yang muncul di dalam Markus 4 ini, bagaimana badai itu hampir saja menenggelamkan murid-muridNya. Dan yang menarik di tengah-tengah badai dahysat itu, Yesus tertidur, bahkan dikatakan Yesus tidur diatas tilam (Ing. cushion). Murid-muridNya yang merasakan angin badai dan melihat Yesus tertidur disana, menjadi jengkel dan berkata: “Guru, tidak engkau peduli jika kita binasa?” Kita tahu kemudian Yesus menghardik angin-badai dan danau itupun menjadi teduh.
Tetapi yang menyentak hati saya adalah teguran Yesus kepada murid-muridNya, Ia bertanya: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (ay 40).
Sdr, takut dan kecemasan menghadapi kondisi saat-saat ini tentu sesuatu yang tidak dapat dielakkan; tetapi apakah kita juga sudah memasuki fase : tidak percaya kepada Tuhan? Disinilah pengenalan yang benar akan Yesus akan menenangkan jiwa dan meneguhkan iman kita.

1. Allah ingin menyatakan bahwa DIA ada

Rutinitas kehidupan, kebiasaan hidup, kelancaran hidup seringkali menghanyutkan kita, sehingga banyak dari kita yang tidak lagi menyadari bahwa Tuhan itu ada dan hidup.
Markus 4 mengkisahkan kejadian itu sbb :
Pada hari itu = once upon a time
Waktu hari sudah petang = keterangan waktu
Mari kita bertolak ke seberang = keterangan tujuan
Yesus duduk dan tidur disebuah tilam = penjelasan ini menunjukkan kondisi yang sangat-sangat tenang
Mari kita bandingkan dengan kisah yang pernah terjadi sebelumnya, dan dipahami sebagai … yaitu kisah Yunus
Ia pergi ke Yafo = keterangan tempat
Menemukan sebuah kapal yang menuju ke Tarsis, membayar biaya perjalanan
Naik kapal bersama-sama dengan mereka
Memilih ruang paling bawah untuk bisa tidur, lalu ia tidur dengan nyenyak disana
Saya meyakini bahwa semua kisah diatas persis dengan apa yang terjadi hari-hari ini. Sebelum Covid-19, kita semua sibuk di dalam kegiatan kita masing-masing. Rutinitas kita, seperti pergi bekerja, belajar, melayani, memelihara anak-anak atau cucu membuat tanpa sadar kita sudah mulai melupakan Tuhan.
Dalam keadaan itulah, Tuhan ijinkan “badai” Covid-19 menggoncangkan ketenangan hidup, rutinitas kehidupan kita untuk mengingatkan kita kembali bahwa Allah itu ada dan DIA hidup mengawasi kita.

2. Allah ingin mendewasakan iman kita

Saya sungguh meyakini bahwa jikalau kita diijinkan mengalami kesusahan dan badai kehidupan, hal itu pasti akan mendewasakan iman percaya kita.
Pertanyan yang sangat mendasar, siapakah yang menyuruh mereka menyeberang pada sore hari itu? Siapakah yang memiliki insiatif untuk menyeberang pada saat itu? Ayat 35 dengan jelas mencatat bahwa Yesus-lah yang mengajak mereka berlayar ke seberang.
Lalu sekarang, ditengah perjalan mereka menghadapi angin badai dan kapal pun hampir tenggelam. Dan badai yang saat itu datang, bukan badai yang biasa. Bukan badai yang biasanya dihadapi oleh Simon dkk.
Itulah sebabnya jangan heran jikalau murid-muridNya kemudian berkata: “Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?” (ay 38). Bahasa kita hari ini, “Yesus, engkau yang menyuruh aku pergi ke Melbourne untuk sekolah, tetapi mengapa Engkau tidak perduli kalau sekarang menjadi kacau sedemikian?
Jadi Yesus yang mengijinkan kita memasuki badai kehidupan? Mengapa tidak?
Jikalau demi supaya kita mengenal Allah lebih sungguh-sungguh lagi, maka Allah berkata “ya” untuk badai itu datang.
Jikalau demi supaya iman kita semakin bertumbuh benar, maka Allah berkata “ya” untuk kesulitan datang.
Jikalau demi supaya kita dapat menjadi berkat dan kesaksian yang lebih heran, Allah berkata “ya” untuk pengalaman hidup yang berat.
Tantangan dan badai ujian sesungguhnya tidak akan mematikan kita, itulah sebabnya Yesus tertidur walaupun ditengah badai. Di dalam surat Yakobus dikatakan: “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan” (Yak 1:12).
Pada umumnya, kita mengambil banyak pelajaran di dalam badai, bukan di dalam ketenangan hidup. Pengalaman rohani terbesar yang pernah kita alami, justru terjadi bukan pada saat kita tenar tetapi pada saat kita terkapar.

3. Allah selalu berbela-rasa dengan kita

Markus dengan sengat jelas menggambarkan bagaimana setelah 4 hari Yesus melayani tanpa henti, maka Yesus-pun mengalami kelelahan. Itulah sebabnya, walaupun ombak tinggi menerpa, Yesus tertidur di atas sebuah tilam atau bantalan.
Disini menunjukkan siapakah Yesus itu? Yesus adalah Allah sejati dan manusia sejati. Dan sebagai manusia sejati, maka Yesus dapat mengalami semua kemanusiaan itu secara utuh, kecuali satu yaitu DIA tidak berdosa. Tetapi mungkin ada yang tidak setuju, bagaimana Yesus adalah manusia sejati jikalau DIA tidak pernah berbuat dosa? To sins is human?
Adam dan Hawa adalah manusia sebelum mereka berbuat dosa bukan? Jadi sekarang kemanusiaan kita adalah kemanusiaan yang sudah jatuh dalam dosa. Selamanya kita adalah manusia, bahkan ketika kita sampai di surga pun kita tetap manusia, tetapi kita tidak berbuat dosa lagi.
Yang indah di dalam kisah ini adalah bagaimana di dalam ayat 38 dikisahkan Yesus duduk di buritan dan tertidur diatas sebuah tilam, Yesus benar-benar adalah manusia sejati. Yesus bisa lelah dan membutuhkan waktu istirahat juga. Walaupun kita percaya bahwa pasti Yesus tidur, tetapi Inilah catatan satu-satunya di dalam Alkitab yang mengatakan bahwa Yesus tidur.
Yesus ingin menyatakan bahwa memang DIA adalah manusia, dan karena itu Yesus dapat memahami segala kemanusiaan kita. Bahkan di dalam kemanusiaanNya itu, Yesus juga bersama mereka menghadapi angin badai di Danau Galilea saat itu.
Yesus pernah lapar dan dahaga
Yesus pernah marah
Yesus pernah sedih dll
Kita tidak tahu bagaimana Covid-19 bisa menjadi pandemi, berbeda dengan penyakit SARS yang muncul pada tahun .... di .... negara. Kita juga tidak tahu apakah benar akan ditemukan vaksin dan apakah penyakit ini akan menjadi penyakit flu biasa atau lebih mematikan?
Jikalau kita kembali mengingat kisah Yunus, maka Yunus merupakan prototype dari Yesus sendiri; hal itu diucapkan Yesus sendiri di dalam Matius 12:40. Seperti Yunus, Yesus dalah “Yunus” sejati yang dibuang ke dalam badai samudera untuk menanggung murka Allah, dan Yesus diserahkan pada Salib untuk menanggung murka Allah atas manusia.
Seperti Yunus dilemparkan untuk menahan badai itu, Yesus sendiri menahan badai supaya kehidupan kita damai dan kita diselamatkan. Yesus menenangkan satu-satunya badai yang pasti akan menenggamkan kita, yaitu badai murka Allah atas dosa dan penghakiman. Yesus membawa kita melewati badai yang lebih mengerikan, yaitu kematian yang kekal.
Jikalau Yesus berbuat sedemikian demi kita, apakah DIA tidak akan memelihara kehidupan kita hari-hari ini? Yesus bersama kita di dalam badai, tak pernah ditinggalkannya kita sendiri.

Allah adalah pribadi yang berkuasa

Ketika Yesus menegur murid-muridNya, kalimat itu sungguh menyentakkan hati saya, “Mengapa kamu tidak percaya?” Di tengah badai itu, Yesus tertidur; dan itu menjadi satu-satunya catatan di seluruh Injil bahwa Yesus tidur, dan DIA tidur. Hal itu menunjukkan bahwa Yesus sungguh berkuasa dan DIA tahu bahwa mereka tidak akan mati saat itu.
Apakah badai yang mereka alami merupakan wujud kuasa kegelapan di dalamnya, sehingga Yesus perlu menghardik angin badai itu? Alkitab memang tidak mengatakan dengan jelas.
Tetapi akibat dari hardikan Yesus kepada angin-badai itu, “Diam dan tenanglah” akhirnya danau itu menjadi teduh sekali, atau sesuai dengan bentuk kata kerjanya dapat dikatakan bahwa danau itu teduh dan tetap teduh.
Kisah Yesus menegur angin-badai ini sesungguhnya merupakan rangkaian kisah-kisah mujizat yang dibuat oleh Yesus. Markus mencatatnya dengan sangat detail, yaitu:
Markus 4:35-41, Yesus meredakan angin-badai (Kuasa atas alam semesta)
Markus 5:1-20, Yesus mengusir kuasa kegelapan di gerasa (Kuasa atas kerasukan setan)
Markus 5:25-34, Yesus menyembuhkan wanita yang menderita pendarahan (Kuasa memulihkan hidup)
Markus 5:22-24, Yesus membangkitkan anak Yairus (Kuasa atas nyawa - hampir mati)
5:38-43, Yesus membangkitkan anak kepala rumah ibadat (Kuasa atas kematian)
Jikalau kita memperhatikan, apa yang terjadi di Markus 4-5, berkali-kali Allah menyatakan siapakah diriNya dan kuasaNya; semua itu mengarah kepada pernyataan kuasaNya yang dahsyat yaitu bagaimana Yesus bangkit dari kematian.
Ketika murid-murid melihat danau itu menjadi teduh, mereka bertanya satu sama lain, “Siapa gerangan orang ini? (ay 41). Jawabnya adalah di dalam Markus 1:1, “Yesus Kristus, Anak Allah.”

Penutup

Related Media
See more
Related Sermons
See more